Kamis, 08 Desember 2022

PERJUANGAN HIDUP IBU ANAS

    

Potret Ibu Anastasya Dai.

Kupang, KN - Berprofesi sebagai seorang Guru di salah satu Sekolah Menengah Pertama Adisucipto Penfui menjadi ladang mencari naskah untuk menghidupi keluarganya. Beliau merupakan sosok Ibu yang ditinggal mati sang suami. Kehidupannya penuh perjuangan, karena setelah ditinggal Suaminya, ia harus berjuang seorang diri untuk membuat menghidupi anak-anaknya yang masih di bangku sekolah.

Menghidupi anak seorang diri bukanlah hal yang mudah, apalagi ibu Anas ditinggal pergi dengan meninggalkan empat orang anak, yang mana anak pertaman masih berada di bangku SMA, anak ke dua dan ketiga di bangku SMP, dan anak ke empat masih di bangku Sekolah Dasar. Kepergian sang suami membuat mental Ibu Anas pada waktu itu sangat terpukul, Ia sampai tidak masuk sekolah untuk mengajar selama satu tahunan, lantara masih belum bisa melupakan sang suami. Namun, Ibu Anas tetap berusaha kuat agar tidak terlihat lemah oleh anak-anaknya. Ia tidak mau anaknya mendapat kekurangan kasih sayang.

Akhirnya ia mulai mengajar kembali setelah sekian lama berduka. Ia tidak seperti dulu lagi yang merupakan Guru yang ceria, lantara kepergian Suaminya masih membekas. Tidak ada keceriaan dan senyum yang terukir di wajahnya, membuat para Guru merindukan sosok Ibu Anas yang mereka sayangi. Bahkan saking sayangnya dengan Ibu Anas, sesama rekan guru tidak memanggilnya dengan sapaan ibu, tetapi Mama. Panggilan Mama menandakan bahwa mereka sangat mencintai sosok Ibu Anas.

Seiring berjalannya waktu, Ibu Anas mulai membiasakan dirinya tanpa sosok suami yang dulunya selalu ada di sampingnya demi anak-anaknya yang sangat membutuhkannya. Hari demi hari Ibu Anas lalui dan mulai terlihat kembali senyum yang menghias bibirnya. Ibu Anas yang dulu telah kembali. Semua rekan guru sangat bahagia ketika melihatnya pertama kali tertawa lepas setelah hampir satu tahunan tawa itu tersembunyi di balik kedukaan hati. Kini ia berusaha seorang diri untuk menghidupi anaknya. Walaupun kadang tidak cukup uang untuk membiayai kehidupan dan membiayai persekolahan anak-anaknya, ia tetap berusaha walaupun harus meminjam uang ke sana kemari. Tetapi demi anak-anaknya, ia rela harus hidup dalam kesusahan walaupun ia berprofesi sebagai guru. Menyekolahkan dan membiayai sendiri persekolahan anak-anak tidaklah mudah, apa lagi ia memiliki 4 orang anak yang semuanya masih berada di bangku sekolah dan tidak dapat membantunya. Namun dengan semangatnya, ia akhirnya mampu menyekolahkan semua anaknya sampai pada jenjang perguruan tinggi.

    Suatu kebanggaan yang luar biasa datang di tahun 2011 tepatnya di Universitas Widya Mandira Kupang, kala sosok seorang ibu yang ditinggal mati suami ini dapat mengikuti acara wisuda anak pertamanya. Tangis bahagia mulai membasahi pipinya karena ia berhasil menyekolahkan anaknya sampai pada tingkat perguruan tinggi. Namun ia juga merasa sedih lantaran acara wisuda anaknya tidak dihadiri sosok ayah dan suami yang mendampingi mereka, dan tidak melihat kesuksesan anaknya dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Ia pun mulai lebih bersemangat, lantaran tidak sia-sia ia berjuang dan berusaha mengurus anaknya seorang diri. Kebahagiaan mulai menghiasi hidupnya, dan ia menganggap bahwa suaminya pasti tetap berada di sampingnya, dan menguatkannya. Untuk melanjutkan kehidupannya ia mulai memutar otak untuk mendapat sumber penghasilan tambahan. Ia pun mulai membangun kos-kosan di sekitar rumah yakni “Elsami Kost”. Kos tersebut mulai ramai dihuni orang dan penghasilan Ibu Anas pun semakin bertambah. Tidak hanya itu, ia pun mulai memelihara hewan yang dapat menghasilkan uang tambahan. Namun utang masih tetap ada, karena dalam menjalankan usahanya pasti ada kendala, namun ia tetap berusaha.

Pada tahun 2012 kebahagiaan kembali menghiasi keluarganya karena anak keduanya berwisuda di Universitas Widiya Mandira Kupang. Keberhasilan melalui perjuangan yang sulit merupakan hal yang sangat membanggakan. Tidak lupa Ibu Anas mengucap syukur kepada Tuhan dan sosok suami yang selalu menjaga keluarganya dari surga. Pada tahun 2015 kebahagiaan lagi-lagi datang menghampiri keluarganya, karena anak ketiganya juga selesai menempuh pendidikan di perguruan tinggi Universitas Nusa Cendana Kupang. Perjuangannya Ibu Anas yang awalnya terasa melelahkan kini berubah menjadi kebahagiaan dan berkah yang berlimpah bagi keluarganya.Dan pada tahun 2017 anak terakhirnya akhirnya menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi Stikes Wira Husada Yogyakarta. Hasil tidak menghianati usaha. Kebahagiaan tak terhingga lagi-lagi menghampiri keluarganya. Setiap masalah pasti ada hikmahnya.

Perjuangannya akhirnya membuahkan hasil. Walaupun ia hanya seorang diri tetapi bisa merawat, membesarkan dan bahkan menyekolahkan keempat anaknya ke jenjang pendidikan perguruan tinggi. Dan saat ini, keempat anaknya telah bekerja dan mempunyai penghasilan sendiri, dan di antaranya tiga orang sudah berkeluarga.

0 komentar:

Posting Komentar